Sabtu, 12 November 2011

Tipe-Tipe Kepemimpinan

PENDAHULUAN
Dalam tulisan sebelumnya saya telah membahas tentang teori kepemimpinan. Bukan hanya sekedar teori saja dalam kepemimpinan, tetapi kepemimpinan dijalankan dengan cara yang berbeda-beda yaitu dengan berbagai macam tipe. Tipe kepemimpinan banyak sekali macamnya, dilihat dari pandangan beberapa orang. Tipe kepemimpinan bukan hal yang wajib digunakan oleh para pemimpin, kepemimpinan seseorang dilihat dari gaya dalam memimpin. Tipe kepemimpinan setiap orang menunjukan perbedaan gaya mereka, dan keberhasilan dalam kepemimpinan.

TEORI
Menurut Kurt Lewin yang dikutif oleh Maman Ukas mengemukakan tipe-tipe kepemimpinan menjadi tiga bagian, yaitu : 
  1. Otokratis, pemimpin yang demikian bekerja kerang, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan yang berlaku dengan ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati. 
  2. Demokratis, pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang pelaksanaan tujuannya. Agar setiap anggota turut serta dalam setiap kegiatan-kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usaha pencapaian tujuan yang diinginkan. 
  3. Laissezfaire, pemimpin yang bertipe demikian, segera setelah tujuan diterangkan pada bawahannya, untuk menyerahkan sepenuhnya pada para bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Ia hanya akan menerima laporan-laporan hasilnya dengan tidak terlampau turut campur tangan atau tidak terlalu mau ambil inisiatif, semua pekerjaan itu tergantung pada inisiatif dan prakarsa dari para bawahannya, sehingga dengan demikian dianggap cukup dapat memberikan kesempatan pada para bawahannya bekerja bebas tanpa kekangan. 
Tipe kepemimpinan akan identik dengan gaya kepemimpinan seseorang. Tipe kepemimpinan yang secara luas dikenal dan diakui keberadaannya adalah 
1.      Tipe Otokratik 
Seorang pemimpin yang tergolong otokratik memiliki serangkaian karakteristik yang biasanya dipandang sebagai karakteristik yang negatif. Seorang pemimpin otokratik adalah seorang yang egois. Egoismenya akan memutarbalikkan fakta yang sebenarnya sesuai dengan apa yang secara subjektif diinterpretasikannya sebagai kenyataan. 
Dengan egoismenya, pemimpin otokratik melihat peranannya sebagai sumber segala sesuatu dalam kehidupan organisasional. Egonya yang besar menumbuhkan dan mengembangkan persepsinya bahwa tujuan organisasi identik dengan tujuan pribadinya. Dengan persepsi yang demikian, seorang pemimpin otokratik cenderung menganut nilai organisasional yang berkisar pada pembenaran segala cara yang ditempuh untuk pencapaian tujuannya. Berdasarkan nilai tersebut, seorang pemimpin otokratik akan menunjukkan sikap yang menonjolkan keakuannya dalam bentuk 
  • Kecenderungan memperlakukan bawahan sama dengan alat lain dalam organisasi
  • Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas 
  • Pengabaian peranan bawahan dalam proses pengambilan keputusan   
Sikap pemimpin demikian akan menampakkan diri pada perilakunya dalam berinteraksi dengan bawahannya, misalnya tidak mau menerima saran dan pandangan bawahannya, menonjolkan kekuasaan formal. Dengan persepsi, nilai, sikap, dan perilaku demikian, seorang pemimpin yang otokratik dalam praktek akan menggunakan gaya kepemimpinan  
  • Menuntut ketaatan penuh bawahannya. 
  •  Menegakkan disiplin dengan kaku.
  •  Memberikan perintah atau instruksi dengan keras.
  •  Menggunakan pendekatan punitip dalam hal bawahan melakukan penyimpangan. 

2.      Tipe Paternalistik 
Tipe pemimpin ini umumnya terdapat pada masyarakat tradisional. Popularitas pemimpin yang paternalistik mungkin disebabkan oleh beberapa faktor antara lain 
·         Kuatnya ikatan primordial. 
·         Extended family system.·         Kehidupan masyarakat yang komunalistik.
·         Peranan adat istiadat yang kuat.
·         Masih dimungkinkan hubungan pribadi yang intim
Persepsi seorang pemimpin yang paternalistik tentang peranannya dalam kehidupan organisasi dapat dikatakan diwarnai oleh harapan bawahan kepadanya. Harapan bawahan berwujud keinginan agar pemimpin mampu berperan sebagai bapak yang bersifat melindungi dan layak dijadikan sebagai tempat bertanya dan untuk memperoleh petunjuk, memberikan perhatian terhadap kepentingan dan kesejahteraan bawahannya.
Pemimpin yang paternalistik mengharapkan agar legitimasi kepemimpinannya merupakan penerimaan atas peranannya yang dominan dalam kehidupan organisasional. Berdasarkan persepsi tersebut, pemimpin paternalistik menganut nilai organisasional yang mengutamakan kebersamaan. Nilai tersebut mengejawantah dalam sikapnya seperti kebapakan, terlalu melindungi bawahan. Sikap yang demikian tercermin dalam perilakunya berupa tindakannya yang menggambarkan bahwa hanya pemimpin yang mengetahui segala kehidupan organisasional, pemusatan pengambilan keputusan pada diri pemimpin. Dengan penonjolan dominasi keberadaannya dan penekanan kuat pada kebersamaan, gaya kepemimpinan paternalistik lebih bercorak pelindung, kebapakan dan guru.

3.      Tipe Kharismatik
Seorang pemimpin yang kharismatik memiliki karakteristik yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang sangat besar dan para pengikutnya tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tertentu itu dikagumi. Pengikutnya tidak mempersoalkan nilai yang dianut, sikap, dan perilaku serta gaya yang digunakan pemimpin itu.

4.      Tipe Laissez Fair
Persepsi seorang pemimpin yang laissez faire melihat perannya sebagai polisi lalu lintas, dengan anggapan bahwa anggota organisasi sudah mengetahui dan cukup dewasa untuk taat pada peraturan yang berlaku. Seorang pemimpin yang laissez faire cenderung memilih peran yang pasif dan membiarkan organisasi berjalan menurut temponya sendiri.
Nilai yang dianutnya biasanya bertolak dari filsafat hidup bahwa manusia pada dasarnya memiliki rasa solidaritas, mempunyai kesetiaan, taat pada norma, bertanggung jawab.
Nilai yang tepat dalam hubungan atasan –bawahan adalah nilai yang didasarkan pada saling mempercayai yang besar. Bertitik tolak dari nilai tersebut, sikap pemimpin laissez faire biasanya permisif. Dengan sikap yang permisif, perilakunya cenderung mengarah pada tindakan yang memperlakukan bawahan sebagai akibat dari adanya struktur dan hirarki organisasi. Dengan demikian, gaya kepemimpinan yang digunakannya akan dicirikan oleh   
  • Pendelegasian wewenang terjadi secara ekstensif.
  • Pengambilan keputusan diserahkan kepada pejabat pimpinan yang lebih rendah. 
  • Status quo organisasional tidak terganggu. 
  • Pengembangan kemampuan berpikir dan bertindak yang inovatif dan kreatif diserahkan kepada anggota organisasi. 
  • Intervensi pemimpin dalam perjalanan organisasi berada pada tingkat yang minimal. 

5.      Tipe Demokratik 
Ditinjau dari segi persepsinya, seorang pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan integrator. Karenanya, pendekatan dalam menjalankan fungsi kepemimpinannya adalah holistik dan integralistik. Seorang pemimpin yang demokratik menyadari bahwa organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan secara jelas aneka tugas dan kegiatan yang harus dilaksanakan demi tercapainya tujuan organisasi.
Seorang pemimpin yang demokratik melihat bahwa dalam perbedaan sebagai kenyataan hidup, harus  terjamin kebersamaan. Nilai yang dianutnya berangkat dari filsafat hidup yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, memperlakukan manusia dengan cara yang manusiawi. Nilai tersebut tercermin dari sikapnya dalam hubungannya dengan bawahannya, misalnya dalam proses pengambilan keputusan sejauh mungkin mengajak peran serta bawahan sehingga bawahan akan memiliki rasa tanggung jawab yang besar.
Dalam hal menindak bawahan yang melanggar disiplin organisasi dan etika kerja, cenderung bersifat korektif dan edukatif. Perilaku kepemimpinannya mendorong bawahannya untuk menumbuhkembangkan daya inovasi dan kreativitasnya. Karakteristik lainnya adalah kecepatan menunjukkan penghargaan kepada bawahan yang berprestasi tinggi. 

PEMBAHASAN
Setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda-beda. Gaya atau tipe kepemimpinan menunjukan cirri khas masing-masing perorangan. Pemimpin yang efektif tidak hanya mempunyai satu tipe kepemimpinan. Karena setiap tipe kepemimpinan mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Menurut saya tipe kepemimpinan dapat dilaksanakan sesuai dengan kondisi yang ada pada saat itu. Jika pemimpin memiliki tipe otokratik, menjadi pemimpin yang egois, yang melaksanakan tujuan organisasinya hanya sesuai pemikirannya saja. Kepemimpinan itu tidak baik dilakukan pada jaman sekarang, karena pada jaman sekarang merupakan jaman demokrasi yaitu dapat menyalurkan aspirasi rakyat. Tetapi tipe kepemimipinan otokartik baik saat banyaknya masalah dengan berbagai pendapat yang berlawanan sebaiknya seorang pemimpin mengambil jalan tengah dari berbagai perdebatan yang ada, yaitu memutuskan dan mengambil suatu langkah. Dalam pengambilan langkah ini pemimpin dapat bersikap otoriter.
Pada tipe-tipe kepemimpinan yang ada mempunyai keunggulan masing-masing. Efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan memahami situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar cocok dengan dan mampu memenuhi tuntutan situasi tersebut.




sumber : 
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/ezines-and-newsletters/2012222-tipe-tipe-kepemimpinan/ http://www.bintan-s.web.id/2011/04/tipe-kepemimpinan.html 




15110591

Kamis, 10 November 2011

Teori Kepemimpinan

PENDAHULUAN

Setiap suatu organisasi mempunyai pemimpin dengan kepemimpinannya. Di Negara Indonesia memiliki pemimpin yaitu seorang Presiden, jangankan diorganisasi besar atau dinegara dan bangsa, dirumah pun terdapat pemimpin yaitu kepala keluarga yang dipegang oleh sosok seorang ayah. Kepemimpinan itu penting keberadaanya, untuk memimpin berjalannya organisasi tersebut, dan mengaturnya agar sesuai dengan tujuannya dan mengambil berbagai keputusan dari berbagai pendapat atau masalah yang ada, jika tidak ada pemimpin tidak terbayangkan ada berbagai masalah yang ada dari berbagai pemikiran orang. Kepemimpinan tidak langsung berjalan begitu saja, apalagi kepemimpinan dalam keorganisasian. Kepemimpinan mempunyai teori dalam menjalankannya, terdapat berbagai macam teori dan macam-macam bentuk kepemimpinan. Setiap pemimpin mempunyai ciri khasnya masing-masing dalam memimpin. Dalam tulisan ini saya akan membahas teori-teori dalam kepemimpinan.



TEORI
Kepemimpinan mempunyai banyak arti, seperti :
Kreiner menyatakan bahwa leadership adalah proses mempengaruhi orang lain yang mana seorang pemimpin mengajak anak buahnya secara sekarela berpartisipasi guna mencapai tujuan organisasi.
Menurut  Hersey menambahkan bahwa leadership adalah usaha untuk mempengaruhi individual lain atau kelompok. Seorang pemimpin harus memadukan unsur kekuatan diri, wewenang yang dimiliki, ciri kepribadian dan kemampuan sosial untuk bisa mempengaruhi perilaku orang lain.
Genetic Theory : Pemimpin adalah dilahirkan dengan membawa sifat-sifat kepemimpinan dan tidak perlu belajar lagi. Sifat utama seorang pemimpin diperoleh secara genetik dari orang tuanya.


Macam-macam kepemimpinan
1.      Kepemimpinan otokrasi
Kepemimpian otokrasi disebut juga kepemimpinan diktator atau direktif. Orang yang menganut pendekatan ini mengambil keputusan tanpa berkonsultasi dengan para karyawan yang harus melaksanakannya atau karyawan yang dipengaruhi keputusan tersebut  Kepemimpinan otokrasi dapat dilihat dari ciri-cirinya antara lain :
(1) Mengandalkan kepada kekuatan atau kekuasaan yang melekat pada dirinya,
(2) Menganggap dirinya paling berkuasa,
(3) Menganggap dirinya paling mengetahui segala persoalan, orang lain dianggap tidak tahu,
(4) Keputusan-keputusan yang diambil secara sepihak, tidak mengenal kompromi, sehingga ia tidak mau menerima saran dari bawahan, bahkan ia tidak memberi kesempatan kepada bawahan untuk meberikan saran, pendapat atau ide, (5) Keras dalam menghadapi prinsip,
(6) Jauh dari bawahan,
(7) lebih menyukai bawahan yang bersikap abs (asal bapak senang),
(8) perintah-perintah diberikan secara paksa,
(9) pengawasan dilakukan secara ketat agar perintah benar-benar dilaksanakan


2.      Kepemimpinan demokrasi
Gaya atau tipe kepemimpinan ini dikenal pula dengan istilah kepemimpinan konsultatif atau konsensus. Orang yang menganut pendekatan ini melibatkan para karyawan yang melaksanakan keputusan dalam proses pembuatannya, walaupun yang membuat keputusan akhir adalah pemimpin, setelah menerima masukan dan rekomendasi dari anggotan tim.Asumsi lain bahwa partisipasi memberikan kesempatan kepada para anggota untuk mengembangkan diri mereka.


3.      Kepemimpinan militeristik
Kepemimpinan militeristik tidak hanya terdapat di kalangan militer saja, tetapi banyak juga terdapat pada instansi sipil (non-militer). Ciri-ciri kepemimpinan militeristik antara lain;
(1) Dalam komunikasi lebih banyak mempergunakan saluran formal,
(2)Dalam menggerakkan bawahan dengan sistem komando/perintah, baik secara lisan ataupun tulisan,
(3) Segala sesuatu bersifat formal,
(4) Disiplin tinggi, kadang-kadang bersifat kaku,
(5)Komunikasi berlangsung satu arah, bawahan tidak diberikan kesempatan untuk memberikan pendapat,
(6) Pimpinan menghendaki bawahan patuh terhadap semua perintah yang diberikannya.


PEMBAHASAN

Secara umum pengertian kepemimpinan yaitu kepemimpinan sebagai suatu bentuk persuasi, suatu seni pembinaan kelompok orang-orang tertentu, Kepemimpinan sebagai suatu kemampuan meng-handel orang lain untuk memperoleh hasil yang maksimal dengan friksi sesedikit mungkin dan kerja sama yang besar, kepemimpinan merupakan kekuatan semangat/moral yang kreatif dan terarah. Pemimpin adalah individu yang memiliki program/rencana dan bersama anggota kelompok bergerak untuk mencapai tujuan dengan cara yang pasti

Apakah seorang pemimpin dilahirkan atau ditempat ?
Jika seorang pemimpin dilahirkan, dia mempunyai jiwa kepemimpinan dalam dirinya sejak lahir, tetapi belum tentu mengetahui teori tentang kepemimpinan, tetapi pemimpin yang ditempat adalah seorang yang tidak memiliki jiwa kepemimpinan tetapi dibentuk dari pengetahuan  tentang teori dan menjalankan kepemimpinan dengan pendidikan kepemimpinan yang dia ketahui. Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pemimpin yang mempunyai jiwa pemimpin sejak lahir dan menambahkan ilmu dalam kepemimpinannya dan juga mempraktekan dalam kehidupannya. Dalam menambahkan ilmu kepemimpinannya dia dapat mengikut berbagai kegiatan pendidikan dan latihan kepemimpinan.
Menurut Sondang (1994) menyimpulkan bahwa seseorang hanya akan menjadi seorang pemimpin yang efektif apabila : seseorang secara genetika telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan, bakat-bakat tersebut dipupuk dan dikembangkan melalui kesempatan untuk menduduki jabatan kepemimpinannya ditopang oleh pengetahuan teoritikal yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan, baik yang bersifat umum maupun yang menyangkut teori kepemimpinan. 


Apa yang dimaksud keberhasilan dalam kepemimpinan?
Keberhasilan seorang pemimpin dalam suatu kepemimpinan yaitu karena kerja kerasnya dan kerjasama dengan bawahannya, seseorang yang berhasil dalam suatu organisasi belum tentu dapat berhasil dalam memimpin organisasi lainnya.

Sumber :


Rahmita N. H (15110591)


Jumat, 14 Oktober 2011

Konflik Antar Keorganisasi


Pendahuluan
Kemajuan di bidang teknologi dan sosial budaya mendorong masyarakat dalam kehidupan bekumpul dan berkelompok. Manusia hidup berkelompok dalam suatu ikatan sebuah organisasi. Organisasi adalah suatu komponen dimana manusia dapat selalu bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Didalam suatu organisasi banyak terjadi ketidakcocokan, itu hal wajar yang sering terjadi didalam kehidupan suatu organisasi. Konflik dapat terjadi pada organisasi besar ataupun kecil.
Organisasi besar dapat mula memiliki konflik yang lebih besar lagi atau lebih rumit, karena dalam suatu organisasi yang besar memiliki bagian-bagian yang terdiri dari berbagai macam sifat dan perilaku manusia yang berbeda-beda. Konflik yang terus menerus dapat menyebabkan rusaknya hubungan dan runtuhnya organisasi tersebut. Konflik juga termasuk masalah yang harus diwaspadai dalam organisasi. Tetapi tidak semua konflik berujung tidak baik, ada pula konflik organisasi yang dapat diarahkan dengan tujuan lebih memperbaiki organisasi tersebut. Maka dari itu dalam tulisan ini saya akan membahas tentang konflik yang terjadi dalam suatu organisasi atau manajemen konflik.

Teori
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Robbins (1996) dalam “Organization Behavior” menjelaskan bahwa konflik adalah suatu proses interaksi yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian antara dua pendapat (sudut pandang) yang berpengaruh atas pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Sedangkan menurut Luthans (1981) konflik adalah kondisi yang ditimbulkan oleh adanya kekuatan yang saling bertentengan. Kekuatan-kekuatan ini bersumber pada keinginan manusia. Istilah konflik sendiri diterjemahkan dalam beberapa istilah yaitu perbedaan pendapat, persaingan dan permusuhan.
Banyak pendapat yang memukakan pengertian dari konflik, tetapi secara garis besar konflik adalah perbedaan pendapat atau pemikiran antar indvidu, antar kelompok, ataupun antar organisasi. Sedangkan pengertian dari konflik organisasi ( organizational conflict ) adalah ketidak sesuaian antara dua atau lebih anggota–anggota atau kelompok–kelompok organisasi yang timbul karena adanya kenyataan bahwa mereka harus membagi sumber daya–sumber daya yang terbatas atau kegiatan–kegiatan kerja dan atau karena kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai atau persepsi.
Ada konflik yang hanya dibayangkan ada sebagai sebuah persepsi ternyata tidak riil. Sebaliknya dapat terjadi bahwa ada situasi-situasi yang sebenarnya dapat dianggap sebagai “bernuansa konflik” ternyata tidak dianggap sebagai konflik karena nggota-anggota kelompok tidak menganggapnya sebagai konflik. Kondisi konflik terjadi misalkan sumber daya dan kekuasaan hanya ada terbatas tetapi banyak yang merebutnya, maka salah satu pihak akan berusaha menghalangi yang lainnya untuk mendapatkan itu. Pihak yang ingin menyingkirkan pihak lain itu akan membuat suatu konflik dalam suatu organisasi.


Jenis-jenis konflik :
  1. Konflik intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus.
  2. Konflik interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua orang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain.
  3. Konflik antar individu-individu dan kelompok-kelompok, Hal ini seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja mereka.
  4.  Konflik antara kelompok dalam organisasi yang sama, Konflik ini merupakan tipe konflik yang banyak terjadi di dalam organisasiorganisasi.
  5. Konflik antara organisasi, konflik ini berdasarkan pengalaman ternyata telah menyebabkan timbulnya pengembangan produk-produk baru, teknologi baru dan servis baru, harga lebih rendah dan pemanfaatan sumber daya secara lebih efisien.

Faktor-faktor intern yang mempengaruhi konflik :
1.      Kemantapan organisasi
Organisasi yang telah mantap lebih mampu menyesuaikan diri sehingga tidak mudah
terlibat konflik dan mampu menyelesaikannya. Analoginya dalah seseorang yang
matang mempunyai pandangan hidup luas, mengenal dan menghargai perbedaan
nilai dan lain-lain.
2.      Sistem nilai
Sistem nilai suatu organisasi ialah sekumpulan batasan yang meliputi landasan maksud dan cara berinteraksi suatu organisasi, apakah sesuatu itu baik, buruk, salah atau benar.
3.      Tujuan
Tujuan suatu organisasi dapat menjadi dasar tingkah laku organisasi itu serta para anggotanya.
4.      Sistem lain dalam organisasi
Seperti sistem komunikasi, sistem kepemimpinan, sistem pengambilan keputusan, sisitem imbalan dan lain-lain. Dlam hal sistem komunikasi misalnya ternyata persepsi dan penyampaian pesan bukanlah soal yang mudah.

Faktor-faktor intern yang mempengaruhi konflik :
1. Keterbatasan sumber daya, kelangkaan suatu hal yang dapat menumbuhkan persaingan dan seterusnya dapat berakhir menjadi konflik.
2. Kekaburan aturan/norma di masyarakat, Hal ini memperbesar peluang perbedaan persepsi dan pola bertindak.
3. Derajat ketergantungan dengan pihak lain, Semakin tergantung satu pihak dengan pihak lain semakin mudah konflik terjadi.
4.  Pola interaksi dengan pihak lain, Pola yang bebas memudahkan pemamparan dengan nilai-nilai ain sedangkan pola tertutup menimbulkan sikap kabur dan kesulitan penyesuaian diri.

Pada suatu organisasi konflik dilator belakangi oleh :

  • Pandangan tradisional, berpendapat bahwa konflik merupakan sesuatu yang di inginkan dan berbahaya bagi kehidupan organisasi.
  • Pandangan perilaku, berpendapat konflik merupakan suatu kejadian atau peristiwa yang biasa terjadi dalam kehidupan organisasi, yang biasa bermanfaat ( konflik fungsional ) dan bisa pula merugikan organisasi ( konflik disfungsional ).
  • Pandangan Interaksi, berpendapat bahwa konflik merupakan suatu peristiwa yang tidak dapat terhindarkan dan sangat diperlukan bagi pemimpin organisasi.

Cara mengatasi konflik organisasi antara lain adalah :
·         Pemecahan masalah ( Problem Solving )
·         Tujuan tingkat tinggi ( Lipsordinate Goal )
·         Perluasan sumber ( Ekspansion of Resources )
·         Menghindari konflik ( avoidance )
·         Melicinkan konflik ( Smoothing )
·         Perintah dari wewenang (Authoritative Commands )
·         Mengubah variabel manusia ( Altering the Human Variabel )
·         Mengubah variabel struktural (Altering the Structural Variables)
·         Mengidentifikasikan musuh bersama ( Identifying a Common Enemy )


Pembahasan

    Konflik antar keorganisasian bukan hal yang aneh dalam suatu organisasi yang sedang berjalan. Disetiap suatu organisasi mempunyai konfliknya masing-masing dan berbeda-beda. Seperti tiada hidup tanpa sebuah konflik. Konflik tidak hanya membawa hal negative saja, tetapi jika di jadikan pengalaman dan diselesaikan dengan baik, suatu konflik akan menjadi pelajaran untuk kehidupan masa depan dalam suatu organisasi, atau jika konflik itu terjadi antar manusia atau kelompok dalam suatu organisasi maka konflik akan menjadi pelajaran untuk manusia atau kelompok itu sendiri.

    Saya akan membahas salah satu contoh suatu konflik dalam suatu organisasi penjualan atau distribusi. Didalam sebuah perusahan yang cukup besar dengan penjualan yang baik, terdapat berbagai macam bagian, sales, admin dan produksi. Didalam perusahaan tersebut ada bagian admin tempat penyortiran barang atau pengecekkan barang yang masuk dan keluar. Baru saja dikeluarkan suatu produk baru dari perusahan tersebut lalu terjadi peningkatan penjualan dipasaran dari produk baru tersebut. Meningkatnya permintaan dari masyarakat terhadap produk itu membuat sales menjadi kewalahan dalam menjual barang-barang tersebut, dengan keadaaan barang yang sedikit dan permintaan yang meningkat. Sales meminta barang yang lebih dari admin, agar dapat memenuhi permintaan masyarakat, sedangkan didalam gudang persediaan produk tersebut tidak mencukupi semua permintaan masyarakat. Karena kerepotan membagi barang yang tersedia admin pun tidak dapat memenuhi semua permintaan sales. Dan barang yang tersedia dan dikirim dari pusat tidak mencukupi. Tetapi sales mengeluh terus akan barang tersebut dan meminta agar admin memberikan stok barang yang lebih banyak lagi, tetapi admin tidak dapat memenuhinya dan produksi barang pun tidak dapat memenuhi permintaan dari masyarakat tersebut. Bagian produksi pun tidak dapat meningkatkan produksi barang tersebut.

    Didalam cerita ini, terjadi konflik antara sales dan admin dan produksi. Sales meminta barang yang lebih karena permintaan masyarakat meningkat terhadap barang tersebut, lalu admin pun kerepotan akan barang yang tersedia di gudang dengan permintaan dari sales dan berbagai took-toko, dan tenaga produksi tidak mampu memenuhi produksi yang banyak.

   Didalam cerita ini hal negative yang akan timbul dari konflik tersebut adalah pertengkaran dan perbedaan pendapat yang terjadi antara sales, admin, dan produksi, dan juga terjadi kekecewaan masyarakat karena tidak tersedianya barang yang diingkan yang akan membuat kepercayaan masyarakat akan menurun tehadap barang tersebut. Dampak positifnya adalah dari hal tersebut bagian produksi dapat memperbanyak sumber daya untuk membuat produksi semakin meningkat dan dapat memenuhi permintaan masyrakat yang dapat menaikkan kesejahteraan perusahaan karena produksi tersebut.

     Dengan penyelesaian konflik yang baik dan proses distibusi produk yang berjalan dengan baik tidak serta komunikasi yang baik akan meminimalisir konflik yang akan terjadi lagi dalam suatu organisasi.

Sumber :
http://suckzguy.multiply.com/journal/item/3/Konflik_Organisasi_Penyelesaiannya
http://fuadinotkamal.wordpress.com/2001/01/01/manajemen-konflik-dalam-organisasi/
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-juanita3.pdf



nama : Rahmita NH
npm : 15110591 



Sabtu, 01 Oktober 2011

Koperasi

PENDAHULUAN

Dizaman sekarang ini semua barang serba mahal, meskipun pemerintah kadang melakukan pasar murah tetapi itu dianggap belum cukup. Membangun perekonomian yang sejahtera bagi rakyat bukanlah hanya menyerahkan kepada pasar saja.Di negeri kita sejarah pengenalan koperasi didorong oleh keyakinan para Bapak Bangsa untuk mengantar perekonomian Bangsa Indonesia menuju pada suatu kemakmuran dalam kebersamaan dengan semboyan "makmur dalam kebersamaan dan bersama dalam kemakmuran".

Dalam kehidupan keseharian pun banyak masyarakat yang membutuhkan dana melalui peminjaman uang. Bank sudah banyak tersebar, tetapi yang diinginkan adalah meminjam uang dengan mudah dan bunga yang sangat kecil. Tempat yang tepat untuk mereka yaitu koperasi, yang sejak kelahiranya disadari sebagai suatu upaya untuk menolong diri sendiri secara bersama-sama. 

Persoalan pengembangan koperasi di Indonesia sering dicemooh seolah sedang menegakan benang basah. Meskipun begitu koperasi tetap berkembang disaat ini, dan berada dimana-mana. Yang dapat merasakan kebaikan dari koperasi ialah anggota koperasi tersebut. Maka dari itu di dalam tulisan saya ini, saya akan menjelaskan tentang kegiatan koperasi serta keuntungan dan kerugian koperasi, yang sebagai contoh dari organisasi nirlaba.



TEORI

Organisasi adalah sekumpulan orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien. Organisasi terdiri dari organisasi laba dan organisasi nirlaba (nonprofit).Organisasi nirlaba atau organisasi non profit adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal didalam menarik perhatian publik untuk suatu tujuan yang tidak komersial, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter). Tetapi pada kenyataanya organisasi ini juga menyisihkan laba meskipun sekecil apapun. Organisasi nirlaba juga dikenai pajak.

Organisasi nirlaba meliputi sekolah negeri, panti jompo, koperasi, dsb.Organisasi nirlaba di negara Indonesia cukup pesat terutama dalam bidang keagamaan dan advokat. Organisasi nirlaba ini bertujuan untuk membantu masyarakat terutama dalam bidang ekonomi. Organisasi ini tidak sama dengan organisasi laba dalam pelaksanaannya. Organisasi ini tidak hanya memikirkan tentang keuntungan atau ekonomi saja, tetapi cenderung terhadap kegiatan kemanusiaan dan sosial.
Koperasi yaitu asosiasi orang orang yang bergabung dan melakukan usaha bersama atas dasar prinsip -prinsip koperasi, sehingga mendapatkan manfaat yang lebih besar dengan biaya rendah melalui perusahaan yang dimiliki dan diawasi secara demokratis oleh anggotanya. Asosiasi terdiri dari orang-orang yang memiliki kepentingan yang sama. Koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Prinsip koperasi menurut UU No. 25 tahun 1992:
  1. Keanggotaanya sukarela dan terbuka. Yang keanggotaanya bersifat sukarela terbuka bagi semua orang yang bersedia mengunakan jasa jasanya, dan bersedia menerima tanggung jawab keanggotaan tanpa membedakan gender.
  2. Partisipasi anggota dalam kegiatan ekonomi. Anggota menyetorkan modal mereka secara adil dan melakukan pengawasan secara demokratis. Sebagian dari modal tersebut adalah milik bersama. Bila ada balas jasa terhadap modal diberikan secara terbatas.
Tujuan dan peran koperasi dari dahulu sangatlah banyak bagi masyarakat. Peran koperasi juga dapat membantu masyarakat dalam usaha kecil.
Tujuan koperasi :
  1. memajukan kesejahteraan para anggota koperasi
  2. memajukan kesejahteraan masyarakat sekitat koperasi karena masyarakat bias meminjam uang pada koperasi untuk membuka usaha
  3. membantu pemerintah membangun tatanan ekonomi pada masyarakat kecil
Peran koperasi dalam memajukan kesejahteraan anggotanya :
  1. ikut membantu memasarkan produksi barang yang dihasilkan oleh anggota
  2. mempermudah anggota dan masyarakat pemperoleh kredit dengan bunga yang sangat rendah
  3. membantu pembangunan lingkungan masyarakat
  4. serta melakukan kegiatan usaha jasa kepada anggota.

Jenis-jenis koperasi : 
  1. Koperasi simpan pinjam, yaitu bergerak dalam bidang peminjaman uang untuk anggota koperasi ataupun masyarakat yang membutuhkan
  2. Koperasi konsumsi, yaitu menjual barang-barang kebutuhan hidup
  3. Koperasi produksi, yaitu anggotanya produsen barang yang akan dijual kekoperasi ini
  4. Koperasi pegawai negeri, yaitu koperasi yang anggotanya adalah pegawai negeri
  5. Koperasi unit desa, yaitu untuk membantu masyarakat desa yang mayoritasnya kurang mampu dan memiliki modal sedikit untuk pertahian ataupun perikanannya
  6.  
     
PEMBAHASAN

Didalam koperasi banyak kegiatan yang dilakukan. Beberapa kegiatan yang dilakukan koperasi :
  1. Menampung simpanan dari pada anggota. Didalam kegiatan ini bendahara koperasi akan memegang uang yang telah disetorkan oleh anggotanya. Uang ini adalah bayaran simpanan wajib anggota. Uang yang telah disetorkan untuk modal koperasi berikutnya.
  2. Menyalurkan kredit atau pinjaman kepada anggota.Disini koperasi akan memberikan kredit atau pinjaman kepada anggotanya yang membutuhkan uang untuk memulai atau mengembangkan usaha dengan bunga yang sangat rendah dibandingkan meminjam di bank.
  3. Menyediakan barang-barang kebutuhan pokok anggota. Koperasi juga menjual barang-barang kebutuhan pokok anggotanya dengan harga yang lebih murah dan lebih terjangkau dari pada ditempat lain, hal ini dilakukan sesuai dengan tujuan koperasi yaitu untuk mensejahterakan anggotanya.
  4. Memasarkan barang produksi anggotanya. Kegiatan koperasi juga membantu anggota-anggotanya menjual barang-barang produksi dari mereka. Dengan adanya hal ini jadi anggota koperasi mudah untuk memasarkan hasil produksi tanpa bingung harus dipasarkan kemana barang mereka.
  5. Memberikan pelayanan jasa kepada anggotanya para anggota. Koperasi juga memberikan pelayanan jasa kepada anggotanya dalam bermacam-macam jasa, seperti jasa kesehatan.  
Kelebihan koperasi :
  1. Prinsip pengelolaan bertujuan memupuk laba untuk kepentingan anggota. Misalnya koperasi pertanian mendirikan pabik pengilingan padi. Keuntungan dari koperasi adalah bunga yang memperbesar keuntungan koperasi yang di gunakan untuk keperluan koperasi itu sendiri.
  2. Anggota koperasi berperan sebagai konsumen dan produsen. Anggota koperasi berperan sebagai konsumen yaitu anggota dapat membeli kebutuhan pokok di koperasi dengan harga yang lebih murah. Anggota sebagai produsen yaitu anggota dapat menjual barang-barang hasil produksinya pada koperasi.
  3. Dasar sukarela, orang terhimpun dalam koperasi atau masuk menjadi anggota dengan dasar sukarela.
  4. Mengutamakan kepentingan Anggota. Dalam koperasi kegiatannya mementingkan kepentingan anggota sesuai dengan tujuan koperasi untuk mensejahterakan masyarakat dalam bidang perekonomian.

Kekurangan Koperasi Yaitu:

  1. Keterbatasan dibidang permodalan. Karena permodalan dari koperasi yang tipis atau sedikit mempersulit berkembangnya koperasi tersebut.
  2. Daya saing lemah.
  3. Rendahnya kesaran berkoperasi pada anggota.
  4. Kemampuan tenaga professional dalam pengelolaan koperasi.

Sumber :